IS belajar LRBP kepada KRB

Bahagia rasa hati, ketika berhasil mempertemukan Pak Kamir R Brata, yang kadung kerepotan menjadi Ahli Biopori dengan Pak Imam Soeseno. Setelah sebelumnya di-curhat-i Pak Kamir hampir 2 jam... hehehe. Bertemunya juga di tempat yang menawan... Situ Gede dekat CIFOR.
Lihatlah Pak Imam begitu seriusnya mendengar keluh-kesah sekaligus harapan Pak Kamir.
Pak Kamir yang mengejutkan hatiku adalah ketika mengeluhkan tanggapan beberapa pihak atas "invensi"-nya yaitu Lubang Resapan Biopori. Padahal alasannya sungguh sederhana. Di masa (jaman) ketika membuat tempat pembuangan sampah di dimensi horisontal semakin sulit, maka ya kenapa tak dibuat dimensi vertikal yang membentuk lubang-lubang resapan.

Lubang resapan air yang meluas tetapi sempit-sempit dan dalam, dijamin lah memiliki laju dekomposisi "sampah organik" yang tinggi. Lubang resapan akan menjadi ruang kehidupan bawah tanah yang beraneka ragam... yang minim emisi gas rumah-kacanya... beda dengan pengomposan konvensiona yang mengandalkan reaksi aerob, berarti akan mengemisikan

karbon.

Lubang biopori akan terbentuk ketika lubang-lubang itu dimasuki bahan-bahan organik. Air akan meresap semakin lancar dengan semakin intensifnya pembentukan lubang-lubang hayati. Prinsip jawanya: "Nguripi sing ngaurip" (menghidupi yang sedang hidup) bukan mematikan yang hidup menggantikannya dengan mikroba thermofilik thok.... tetapi membentuk sinergi kehidupan aneka makhluk dalam tanah.

Hidup Pak Kamir... Biopori harus membahana.... Prov. IS dan KDP siap membantu, sungguh pun harus nabrak-nabrak dan seradak seruduk... salah ya belok toh?

--salam dari Bogor--